Sabtu, 03 Oktober 2020

Endemik atau Penyebaran Murai Batu Ekor Hitam ( Blacktail )

Murai Batu ekor hitam / Black Tail atau sering disebut sebagai MB BT adalah murai batu endemik.
kepulauan. Bisa ditemukan di Pulau Simeuleu, Pulau Lasia, Pulau Nasi, Pulau Lamno, Pulau Nias, Pulau Mentawai / Pagai, Pulau Enggano dan beberapa pulau-pulau kecil lain di sekitar Pulau Sumatra di sepanjang Samudra Indonesia. Ciri utamanya adalah 12 ekornya seluruhnya di dominasi oleh warna hitam dengan jeda antar ekor yang simetris dan seimbang. Kaki pada umum nya berwarna hitam.


Pulau Simeuleu adalah pulau di lepas pantai selatan Nangroe Aceh Darussalam. Pulau ini cukup besar dengan kondisi morfologi hutan hujan dataran rendah yang cukup rapat. Gugusan Kepulauan Simeulue yang terdiri beberapa pulau besar dan kecil (± 40 buah) berada tepat di atas persimpangan tiga palung laut terbesar dunia, yakni pada pertemuan lempeng asia dengan lempeng Australia dan lempeng Samudra Hindia. Ibukota Kabupaten Simeulue adalah Sinabang, kalau diucapkan dengan logat daerah adalah Si navang yang berasal dari legenda Navang. Navang adalah si pembuat garam masa dulu di daerah Babang (pintu masuk teluk Sinabang. Dulunya Navang membuat garam dengan membendung air laut yang masuk ke pantai Babang, kemudian dikeringkan lalu menjadilah garam. Garam Navang lambat laun menjadi dikenal di sekitar Ujung Panarusan sampai ke Lugu. Jika penduduk membutuhkan garam, maka mereka akan menuju si Navang, yang lambat laun konsonan 'V' pada Navang berubah menjadi Nabang. Sejak lama Sinabang menjadi tempat pengepul dan pemberangkatan Murai batu Ekor Hitam ( Blacktail ) MH ( Muda Hutan ) menyebrang ke daratan Sumatra. Itulah sebabnya MB BT asal Pulau Simeuleu dan sekitarnya sering disebut sebagai BT Sinabang atau dikalangan bakul/ pedagang di Jawa disebut MB Aceh (ekor hitam). Digemari bakul karena harganya ekonomis, cepat ngepoer dan cepat bunyi dan tingkat kematian yang relatif kecil. Ini semata karena MB BT pada dasarnya punya daya adaptasi yang sangat bagus.

Rata-rata MB BT Sinabang ditemukan dengan ciri bertubuh mungil dengan ekor relatif pendek 12 - 16 cm. Pola ekornya beragam, dari yang polos hitam, balak 2, balak 4 dan balak 6. Yang unik pola ekor ini sering berubah2 pasca ganti bulu. Misalnya dari hitam polos menjadi balak 2 atau dari balak 4 menjadi balak 6. yang jelas spot putihnya kecil dan samar. Dari beberapa BT Sinabang yang pernah saya lihat, untuk gaya main BT Sinabang rata-rata berkarakter ngotot dan ngeplay nagen disatu tangkringan. Enak di lihat gaya tarungnya yang terkadang disertai gaya sujud sambil bongkar isiannya. Untuk karakter suaranya lumayan tajam dan bening.

Informasi yang pernah kami dapat, pada masa jayanya habitat asli nya di pulau Simeuleu yang tidak sebesar pulau Nias ini, populasi murai batu yang ada begitu banyaknya sehingga jika dipulau jawa mereka ibarat burung Gereja yang berkeliaran bebas dan bergerombol bahkan di pemukiman penduduk. Mungkin inilah yang menyebabkan murai batu ekor hitam Sinabang cendrung sangat mudah beradaptasi dengan lingkungan manuisa dibanding dengan murai batu lain. Kelemahannya adalah mereka kurang begitu fighter dan volumenya lebih kecil (relatif), maklum terbiasa berbagi teritorial dengan murai batu lain dalam wilayah yang sempit sekali.

Sumber : http://balakdigdaya.blogspot.com/2013/08/murai-batu-sinabang.html?m=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar